menjadi penentu pentingnya peran Dewan Da'wah dalam sejarah Indonesia Kagiatan "Da'wah" sendiri tentu saja bukan perkara baru di negeri ini. Semenjak Islam datang ke Indonesia pada sekitar abad ke-7, kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah "Da'wah". Sepanjang ajaran Islam ada, maka Da'wah pasti tidak akan pernah surut. Hanya saja, bentuk dan wujud dari Da'wah seringkali berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain; dari satu kurun ke kurun yang lain. Sejak berdirinya, Dewan Da'wah boleh dikatakan cukup berhasil membuat beberapa inovasi Da'wah yang cukup penting dan berpengaruh bagi bangsa ini Salah satu inovasi yang sebelumnya belum dilakukan lembaga Da'wah lainnya adalah "Da'wah kampus Dengan cukup cerdas, M. Natsir dan kawan-kawan yang menggawangi Dewan Da'wah membidik objek Da'wah yang sangat strategis, yaitu mahasiswa-mahasiswa Muslim di berbagai kampus sekuler di Indonesia seperti ITB, IPB UI, UGM, Unair, Unpad, dan sebagainya. Mereka yang berkuliah di kampus-kampus ini adalah calon-calon pemimpin pada masanya nanti dan menentukan arah sejarah negeri ini. Dari kampus-kampus ini lahir para politisi, birokrat, ilmuwan, pebisnis, pegawai BUMN, PNS, dan sebagainya. Dengan membidik sasaran ini, Dewan
emisahkan Dewan Da'wah dari politik adalah buatu yang hampir mustahil, Bagi para pengurus Dewan Da'wah, terutama henerasi yang terlibat langsung dengan Masyumi, politik merupakan bagian sangat penting yang harus menjadi perhatian mereka, Pengalaman berpolitik praktis selama puluhan tahun bersama Masyumi sejak Indonesia merdeka telah mematrikan sikap yang tidak mungkin abai terhadap politik, oleh sebab itu, walaupun aat terjun ke medan Da'wah baru melalui Dewan Da'wah mereka tidak lagi berpolitik, politik tetap penting hingga muncul adagium yang umum didengar di Dewan Da'wah, dahulu kita berpa wah lewat politik, sekarang kita berpolitik melalui Da'wah Akan tetapi, tentu saja terdapat perbedaan apa yang wah dimaknai tindakan ini masih berada di Masyumi dengan saat mereka memegang Dewan Da'wah, Dahulu politik yang dimaksud adalah tindakan-tindakan politik praktis mendapatkan kekuasaan agar dapat digunakan secara langsung untuk mewujudkan cita cita politik slam diyakini Sementara pada saat Masyumi
DETENGAH ABAD BERKIPRAH DEWAN DA'WAH MENGOKOHKAN NKRI membagikan naskah ini. Tulisan-tulisan aktivis Dewan Da'wah, terutama mengenai masalah-masalah politik, pada mulanya banyak difasilitasi oleh majalah yang dipimpin Hamka, yaitu Pandji Masjarakat (Panjimas). Beberapa tahun kemudian, Dewan Da'wah merasakan bahwa suara Da'wah akan lebih kencang bila disampaikan sendiri secara langsung Untuk itu, kemudian diterbitkanlah majalah Media Da'wah dan beberapa terbitan lain yang menyertainya, antara lain: majalah Suara Masjid, majalah anak-anak Sahabat, Bulletin Da'wah, dan Serial Khutbah Jum'at. (Hakiem, 1992: 158). Dari kelima penerbitan ini yang paling banyak menyuarakan pandangan-pandangan polotik Dewan Da'wah adalah majalah Media Da'wah, selain yang paling luas dibaca oleh masyarakat. Sekalipun majalah ini secara izin adalah majalah untuk lingkungan sendiri, namun pada praktiknya dibaca secara umum. (Liddle dalam Woorward, 1996: 289) Dalam setiap edisinya, selalu ada isu-isu politik yang dibahas dalam majalah ini. Gagasan-gagasan politiknya tidak jauh dari gagasan politik pl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar