Rabu, 19 Februari 2014

Cinta

Cinta Hakiki, Bukan Fantasi


Cinta; kata yang indah, penuh keromantisan, walaupun terkadang hanya kata semu penuh penipuan. Cinta bisa indah, romantis, sejuk bahkan menentramkan, jika memang cinta yang sesungguhnya. Akan tetapi, cinta bisa rendah, semu, hina bahkan menakutkan, jika hanya balutan nafsu durjana.

Cinta yang hakiki telah mela-hirkan banyak pejuang yang begitu khusyu', lirih, menangis bahkan merintih mengais kasih. Penuh kenikmatan dan kelezatan kepada Robbnya, walaupun di siang hari mereka lelah, peluh keringat dan darah, menghunus pedang dan senjata menikam semua penghalang dan penghadang kekasih yang di cintainya, Allah Azza wa Jalla.

Akan tetapi cinta aspali (asli tapi palsu sekali) banyak menampilkan anak manusia yang di waktu malam tertawa berdua mengumbar hawa, menguras tenaga mengeluarkan durjana, mencicipi sekerat rasa di jurang neraka, walaupun di siang hari setelah itu banyak terjadi tangis kecewa penuh duka, sulit jiwa lelah rasa, berfikir resiko tiada tara, bahkan lebih menakutkan selanjutnya, hidup celaka di dunia, akhirat menanti untuk di siksa di api neraka.     
Allah swt berfirman:
"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Rabbmu; sedang malaikat berbaris-baris. dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan:"Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini". Maka pada hari itu tiada seorangpun menyiksa seperti siksa-Nya, dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya. Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al-Fajr (89):17-30)   

Cinta hakiki hanya didapat dari pemiliknya, yaitu Allah swt. Hanya cinta kepada-Nya dan kerena-Nya, kita akan meraih cinta yang sesungguhnya.

Apa tanda-tandanya? Allah swt berfirman:         
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Maidah (5): 54).             

Di dalam ayat ini Alloh menyebutkan empat tanda:
1.         Mereka adalah orang-orang yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin. Menurut Atha' sikap ini seperti sikap orang tua kepada anaknya.
2.         Bersikap keras terhadap orang-orang kafir. Sikap mereka kepada orang-orang kafir seperti singa yang menghadapi mangsanya.
3.         Berjihad(ekspresi cinta dengan sesungguhnya) dengan jiwa, tangan, lisan dan harta. Ini merupakan perwujudan pengakuan cinta.
4.         Tidak peduli dengan celaan orang yang suka mencela karena urusan Alloh SWT. Ini merupakan tanda cinta yang sebenarnya. Sebab setiap orang yang mencintai tentu tidak lepas dari celaan orang  lain karena cintanya terhadap sang kekasih.     

Bagi mereka Islam merupakan tali persaudaraan yang kokoh di antara sesama muslim. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Baik orang itu sebangsa dan setanah air, maupun tidak. Kebangsaan yang sejati dan kokoh sampai akhirat nanti bagi mereka adalah Islam. Tanah air yang sejati bagi ruh muslim yang sejati adalah Islam.  

Bagi mereka merupakan suatu kewajiban mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap sesama muslim lainnya. Saling menolong, saling menghormati dan saling menasehati. Mereka saling menebar salam saat bertemu dan berpisah, saling jenguk muslim yang sakit, saling mendo'akan kebaikan, saling berziarah berbagi hadiah. Allah swt berfirman memuji mereka, "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat
                                                                             
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
                                                                             
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu meng-gunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan ber-taqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat (49): 10-12).                  

Begitu pula sebaliknya semua ben-tuk penyelewengan dan penyimpangan kemanusiaan sangat mereka benci. Kesyirikan yang merendahkan ke-manusiaan, kekufuran yang meluluh-lantahkan kebenaran, kemaksiatan yang mengaburkan kejujuran sangat geram mereka rasakan, sangat berusaha untuk dijauhkan dan sangat enggan mereka berdekatan. Tak ada kompromi mengikuti rayuan pelaku maksiat, tak ada cinta dan loyal bagi pendukung dan pelaku kekafiran, juga kesyirikan.                                                                           

"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka denga pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bhwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung." (QS. Al-Mujaadilah (58): 22).               

Bukti cinta sejati mereka tampak dalam kegigihan dalam mendaki bukit cinta yang terjal. Menyeberangi jurang hawa yang menganga.                                                                            

Menuju kekasih yang dicintainya dan meraih kecintaan dari kekasihnya mendorongnya untuk mengejar langkah-langkah mendekatinya dengan semaksimal tenaga serta apa saja yang dimilikinya. Kesungguhan, keuletan, kejujuran dan keteguhan menuju kekasihnya dan apa yang dicintai kekasihnya merupakan langkah-langkah dalam setiap detik kehidupannya. Air mata, keringat, otot kuat, sendi perekat, mata tak terpejam, otak yang terkuras, hati yang tertekan, rambut yang lusuh, darah yang mengalir, harta yang tersimpan, semuanya dibawa dan dipersembahkan untuk meraih cinta kekasihnya, Allah Azza wa Jalla.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar